Cerita Sex Digilir di Pos Ronda (Part 1)

Lpkiukiu.com ~ Saya baru saja pulang dari rumah teman saya setelah mengerjakan tugas kelompok salah satu mata kuliah. Tugas yang benar-benar melelahkan itu akhirnya selesai juga hari itu. Ketika saya meninggalkan rumah teman saya langit sudah gelap, arloji saya menunjukkan pukul 8 lebih. Yang saya takutkan adalah bensin saya tinggal sedikit sekali, padahal rumah saya cukup jauh dari daerah ini, lagipula saya agak asing dengan daerah ini karena saya jarang berkunjung ke teman saya yang satu ini. Di perjalanan saya melihat sebuah pom bensin, tapi harapan saya langsung sirna karena begitu mau berbelok ternyata pom bensin itu sudah tutup, saya jadi kesal sampai menggebrak setir saya, terpaksa saya teruskan perjalanan sambil berharap menemukan pom bensin yang masih buka atau segera sampai ke rumah.

Ketika sedang berada di sebuah kompleks perumahan yang cukup sepi dan gelap, tiba-tiba mobil saya mulai kehilangan tenaga, saya agak panik hingga saya tepikan mobil saya dan saya coba men-starternya, namun walaupun sudah saya coba berulang-ulang tetap saja tidak berhasil, menyesal sekali saya gara-gara tadi siang terlambat kuliah jadi saya tidak sempat mengisi bensin dan terjebak tidak tahu harus bagaimana, kedua orang tua saya sedang di luar kota, di rumah cuma ada pembantu yang tidak bisa diharapkan bantuannya.

Tidak jauh dari mobil saya nampak sebuah pos ronda yang lampunya menyala remang-remang. Saya segera turun dan menuju ke sana untuk meminta bantuan, setibanya di sana saya melihat 5 orang di sana sedang ngobrol-ngobrol, juga ada 2 motor diparkir di sana, mereka adalah yang mendapat giliran ronda malam itu dan juga 2 tukang ojek.

"Ada apa Non, malam-malam begini? Nyasar ya?", tanya salah seorang yang berpakaian hansip.

"Eeh.. itu Pak, Bapak tau nggak pom bensin yang paling dekat dari sini yang masih buka? Soalnya mobil saya kehabisan bensin", saya jawab sambil menunjuk ke arah mobil saya.

"Wah, kalo pom bensin jam segini sudah tutup semua Non, ada yang buka terus tapi agak jauh dari sini", timpal seorang Bapak berkumis tebal yang ternyata tukang ojek di daerah itu.

"Aduuhh.. gimana ya! Atau gini aja deh Pak, Bapak kan punya motor, mau nggak Bapak beliin bensin buat saya, ntar saya bayar kok", tawarku.

Untung mereka berbaik hati menyetujuinya, si Bapak yang berkumis tebal itu mengambil jaketnya dan segera berangkat dengan motornya. Tinggallah saya bersama 4 orang lainnya.

"Mari Non duduk dulu di sini sambil nunggu".

Seorang pemuda berumur kira-kira 18 tahunan menggeser duduknya untuk memberi saya tempat di kursi panjang itu. Seorang Bapak setengah baya yang memakai sarung menawari saya segelas air hangat, mereka tampak ramah sekali sampai-sampai saya harus terus tersenyum dan berterima kasih karena merasa merepotkan. Kami akhirnya ngobrol-ngobrol dengan akrab, saya juga merasakan kalau mereka sedang memandangi tubuh saya. Hari itu saya memakai celana jeans ketat dan setelan luar berlengan panjang dari bahan jeans, di dalamnya saya memakai tanktop merah yang potongan dadanya rendah sehingga belahan dada saya agak terlihat. Jadi tidak heran si pemuda di samping saya selalu berusaha mencuri pandang ingin melihat daerah itu.

Kompleks itu sudah sepi sekali saat itu, sehingga mulai timbul niat iseng saya dan membayangkan bagaimana seandainya saya berikan tubuh saya untuk dinikmati mereka, sekalian juga sebagai balas budi. Sehubungan dengan cuaca di Jakarta yang cukup panas akhir-akhir ini, saya iseng-iseng berkata,

"Wah.. panas banget yah belakangan ini Pak, sampai malam gini aja masih panas".

Saya mengatakan hal tersebut sambil mengibas-ngibaskan leher baju saya kemudian dengan santainya saya lepaskan setelan luar saya, sehingga nampaklah lengan saya yang putih mulus. Mereka menatap saya dengan tidak berkedip, agaknya umpan saya sudah mengena, saya yakin mereka pasti terangsang dan tidak sabar ingin menikmati tubuh saya. Si pemuda di samping saya sepertinya sudah tak tahan lagi, dia mulai memberanikan diri membelai lengan saya, saya diam saja diperlakukan begitu.

Salah satu dari mereka, seorang tukang ojek berusia 30 tahunan mengambil tempat di sebelah saya, tangannya diletakkan diatas paha saya. Melihat tidak ada penolakan dari saya, perlahan-lahan tangan itu merambat ke atas hingga sampai ke payudara saya. Saya mengeluarkan desahan lembut menggoda ketika si tukang ojek itu meremas payudara saya, tangan saya meraba kemaluan pemuda di samping saya yang sudah terasa mengeras.

Melihat hal ini kedua Bapak yang dari tadi hanya tertegun serentak maju ikut menggerayangi tubuh saya. Mereka berebutan menyusupkan tangannya ke leher tanktop saya yang rendah untuk mengerjai dada saya, sebentar saja saya sudah merasakan kedua buah dada saya sudah digerayangi tangan-tangan hitam kasar. Saya mengerang-ngerang keenakan menikmati keempat orang itu menikmati saya.

"Eh.. kita bawa ke dalam pos aja biar aman!", usul si hansip.

Mereka pun setuju dan saya dibawa masuk ke pos yang berukuran 3x3 m itu, penerangannya hanya sebuah bohlam 40 watt. Mereka dengan tidak sabaran langsung melepas tank top dan bra saya yang sudah tersingkap. Saya sendiri membuka kancing celana jeans saya dan menariknya ke bawah. Keempat orang ini terpesona melihat tubuh saya yang tinggal terbalut celana dalam pink yang minim, payudara saya yang montok dengan puting kemerahan itu membusung tegak. Ini merupakan hal yang menyenangkan dengan membuat pria tergiur dengan kemolekan tubuh saya.

Untuk lebih merangsang mereka, saya buka ikat rambut saya sehingga rambut saya terurai sampai menyentuh bahu. Si hansip menyuruh seseorang untuk berjaga dulu di luar, khawatir kalau ada yang memergoki, akhirnya yang paling muda diantara mereka yaitu si pemuda itu yang mereka panggil Boy itulah yang diberi giliran jaga, Boy dengan bersungut-sungut meninggalkan ruangan itu. Si hansip mendekap saya dari belakang dan tangannya merogoh-rogoh celana dalam saya, terasa benar jari-jarinya merayap masuk dan menyentuh dinding kewanitaan saya, sementara di tukang ojek membungkuk untuk bisa mengenyot payudara saya, puting saya yang sudah menegang itu disedot dan digigit kecil. Kemudian saya dibaringkan pada tikar yang mereka gelar disitu.

Mereka bertiga sudah membuka celananya sehingga terlihatlah tiga batang yang sudah mengeras, saya sampai terpana melihat batang mereka yang besar-besar itu, terutama punya si hansip, penisnya paling besar diantara ketiganya, hitam dan dipenuhi urat-urat menonjol. Celana dalam saya mereka lucuti, jadi sekarang saya sudah telanjang bulat. Saya langsung meraih penisnya, saya kocok lalu saya masukkan ke mulut saya untuk dijilat dan dikulum, selain itu tangan lembut saya meremas-remas buah zakarnya, sungguh besar penisnya ini sampai tidak muat seluruhnya di mulut saya yang mungil, paling cuma masuk tiga perempatnya.

Si tukang ojek mengangkat sedikit pinggul saya dan menyelipkan kepalanya di antara kedua belah paha mulus saya, dengan kedua jarinya dia sibakkan kemaluan saya sehingga terlihatlah vagina pink saya di antara bulu-bulu hitam. Lidahnya mulai menyentuh bagian dalam vagina saya, dia juga melakukan jilatan-jilatan dan menyedotnya, tubuh saya menggelinjang merasakan birahi yang memuncak, kedua paha saya mengapit kencang kepalanya karena merasa geli dan nikmat di bawah sana. Bapak bersarung menikmati payudara saya sambil penisnya saya kocok dengan tangan saya dan payudara saya yang satunya diremasi si hansip yang sedang saya karaoke.

Saya sering melihat sebentar-sebentar Boy nongol di jendela mengintip saya diperkosa teman-temannya, nampaknya dia sudah gelisah karena tidak sabaran lagi untuk bisa menikmati tubuh saya. Tak lama kemudian saya mencapai orgasme pertama saya melalui permainan mulut si tukang ojek pada kemaluan saya, tubuh saya mengejang sesaat, dari mulut saya terdengar erangan tertahan karena mulut saya penuh oleh penis si hansip. Cairan saya yang mengalir dengan deras itu dilahap olehnya dengan rakus sampai terdengar bunyi, "Slurrpp.., sluupp..".

Puas menjilati vagina saya, si tukang ojek meneruskannya dengan memasukkan penisnya ke vagina saya, erangan saya mengiringi masuknya penis itu, cairan cinta saya menyebabkan penis itu lebih leluasa menancap ke dalam. Saya merasakan nikmatnya setiap gesekannya dengan melipat kaki saya menjepit pantatnya agar tusukannya semakin dalam. Bapak bersarung menggeram-geram keenakan saat penisnya saya jilati dan saya emut, sedangkan si hansip sekarang sedang meremas-remas payudara saya sambil menjilati leher jenjang saya. Saya dibuatnya kegelian nikmat oleh jilatan-jilatannya, selain leher dia juga menjilati telinga saya lalu turun lagi ke payudara saya yang langsung dia caplok dengan mulutnya.
Previous
Next Post »