Cerita Sex Vani Janda Muda

Lpkiukiu.com ~ Nama saya Steven, seorang pria berumur 27 tahun dengan tampang biasa-biasa saja. Dalam cerita ini, akan saya ceritakan pengalaman saya bersenggama dengan janda muda.
Peristiwa itu bermula ketika saya berkeinginan untuk mencari tempat kost di Semarang. Pada saat itu, pencarian kost-kostan ternyata membuahkan hasil. Setelah saya menetap di tempat kost yang baru, saya berkenalan dengan seorang wanita, sebut saja namanya Vani. Usia Vani saat itu baru menginjak 30 tahun dengan status janda beranak satu.
Perkenalan kami semakin berlanjut. Pada saat itu, saya baru saja habis mandi sore. Saya melihat Vani sedang duduk-duduk di kamarnya sambil nonton TV. Kebetulan, kamar saya dan kamarnya bersebelahan. Sehingga memudahkan saya untuk mengetahui apa yang dia perbuat di kamarnya.
Dengan hanya mengenakan handuk, saya mencoba menggoda Vani. Dengan terkejut ia lalu meladeni olok-olokan saya. Saya semakin berani mengolok-oloknya. Akhirnya ia mengejar saya. Saya pura-pura berusaha mengelak dan mencoba masuk ke kamar saya. Eh.. ternyata dia tidak menghentikan niatnya untuk memukul saya dan ikut masuk ke kamar saya.
“Awas kau… entar kuperkosa baru tahu” gertaknya.
“Coba kalau berani” tantangku penuh harap.
Saya menatap matanya, saya lihat, ada kerinduan yang selama ini terpendam, oleh jamahan lelaki. Kemudian, tanpa dikomando ia menutup kamar saya. Saya yang sebenarnya juga menahan gairah tidak membuang-buang kesempatan itu.
Saya meraih tangannya, Vani tidak menolak. Kemudian kami sama-sama berpagutan bibir. Ternyata, wanita cantik ini sangat agresif. Belum lagi saya mampu berbuat lebih banyak, ternyata ia menyambar handuk yang saya kenakan. Ia terkejut ketika melihat kejantanan saya sudah setengah berdiri. Tanpa basa-basi, ia menyambar kejantanan saya serta meremas-remasnya.
“Ooh… ennaaakk… teruss…”
desisan saya ternyata mengundang gairahnya untuk berbuat lebih jauh. Tiba-tiba ia berjongkok, serta melumat kepala penis saya.
“Uuh… sshhh… Auhh… Nikmmaat…”
Ia sangat mahir seperti tidak memberikan kesempatan kepada saya. Dengan semangat, ia terus mengulum dan mengocok penis saya. Saya terus dibuai dengan sejuta kenikmatan. Sambil terus mengocok, mulutnya terus melumat dan memaju-mundurkan kepalanya.
“Ooh… aduhh…” teriakku kenikmatan.
Akhirnya hampir 10 menit saya merasakan ada sesuatu yang mendesak hendak keluar dari penis saya.
“Ooh… tahaannn… sshhh… Uuh… aku mau kkeluaar… Ohh…”
Dengan seketika muncratlah air mani saya kedalam mulutnya. Sambil terus mengocok dan mengulum kepala penis saya, Vani berusaha membersihkan semua mani yang masih tersisa. Saya merasakan nikmat yang luar biasa. Vani tersenyum, lalu saya mencium bibirnya. Kami berciuman kembali. Lidahnya terus dimasukkan ke dalam mulut saya. Saya sambut dengan mengulum dan menghisap lidahnya.
Perlahan-lahan kejantanan saya bangkit kembali. Kemudian, tanpa saya minta, Vani melepaskan seluruh pakaiannya termasuk bra dan CDnya. Mata saya tak berkedip. Buah dadanya yang montok berwarna putih mulus dengan puting yang kemerahan terasa menantang untuk saya lumat. Saya remas-remas lembut payudaranya yang semakin bengkak.
“Oohhh… Teruss Stev… Teruss…” desahnya.
Saya hisap-hisap putingnya yang mengeras, sementara tangan kiri saya menelusuri pangkal pahanya. Akhirnya saya berhasil meraih belahan yang berada di celah-celah pahanya. Tangan saya mengesek-geseknya. Desahan kenikmatan semakin melenguh dari mulutnya. Kemudian ciuman saya beralih ke perut dan terus ke bawah pusar. Saya membaringkan tubuhnya ke kasur. Tanpa dikomando, saya sibakkan pahanya. Saya melihat vaginanya berwarna merah muda dengan bulu hitam yang tidak begitu tebal. Dengan penuh nafsu, saya menciumi memeknya dan saya jilati seluruh bibir kemaluannya.
“Ohh… teruss Stev… Aduhh… Nikmat…”
Saya terus mempermainkan klitorisnya. Seperti orang yang sedang mengecup bibir, bibir saya merapat dibelahan vaginanya dan saya mainkan lidah saya yang terus berputar-putar di kelentitnya seperti ular cobra.
“Stev… ooohh… teruss sayang… Oohhh…”
Desis kenikmatan yang keluar dari mulutnya semakin membuat saya bersemangat. Saya sibakkan bibir kemaluannya tanpa menghentikkan lidah dan sedotan saya.
“Ooh… nikmat… teruss… teruss…” teriakannya semakin merintih.
Tiba-tiba ia menekankan kepala saya ke memeknya, saya hisap kuat lubang memeknya. Ia mengangkat pinggul, cairan lendir yang keluar dari memeknya semakin banyak.
“Aduhh… aku… keluuaarr… ooh… ooohh…”
Ternyata Vani mengalami orgasme yang dahsyat. Sebagaimana yang ia lakukan kepada saya, saya juga tidak menghentikan hisapan serta jilatan lidah saya dimemeknya. Saya menelan semua cairan yang keluar dari memeknya. Terasa sedikit asin tapi nikmat. Vani masih menikmati orgasmenya, dengan spontan, saya memasukkan penis saya ke dalam memeknya yang basah. Blesss…
“Ohh… enaakk…”
Tanpa mengalami hambatan, penis saya terus menerjang ke dalam lembutnya vagina Vani.
“Ooohh… Vani… sayang… enakk…”
Batang penis saya sepeti dipilin-pilin. Vani yang mulai bergairah kembali terus menggoyangkan pinggulnya.
“Ohh… Stev… terus… sayang… Mmhhh…”
Saya hujamkan penis saya lebih dalam lagi. Sekitar 10 menit saya menindih Vani. Lalu ia meminta agar saya berada di bawah.
“Kamu dibawah ya sayang…” bisiknya penuh nikmat.
Saya hanya pasrah. Tanpa melepaskan hujaman penis saya dari memeknya, kami merubah posisi. Dengan semangat menggelora, penis saya terus digoyangnya. Vani dengan hentakan pinggulnya yang maju-mundur semakin menenggelamkan penis saya ke liang memeknya.
“Oh… remas dadaku sayang… terus… oohhh… sayang… enaaakk…” erangan kenikmatan terus keluar dari mulutnya.
“Oh… Vani… terus goyang sayang…” teriakku memancing nafsunya.
Benar saja. Kira-kira 15 menit kemudian goyangan pinggulnya semakin dipercepat. Sembari pinggulnya bergoyang, tangannya menekan kuat ke arah dada saya. Saya mengimbanginya dengan menaikkan pinggul saya agar penis saya menghujam lebih dalam.
“Steven… Aaahh… aku… Keluuaarr… sayang… Ooohh…”
Ternyata Vani telah mencapai orgasme yang kedua. Saya semakin mencoba mengayuh kembali lebih cepat. Karena sepertinya otot kemaluan saya sudah dijalari rasa nikmat ingin menyemburkan sperma. Kemudian saya membalikkan tubuh Vani, sehingga posisinya di bawah. Saya menganjal pinggulnya dengan bantal. Saya memutar-mutarkan pinggul saya.
“Ooh… Vani… nikmatnya… aku keluuaaarr…”
Croott… crooott… croottt… Saya tidak kuat lagi mempertahankan seperma saya. Dan langsung saja memenuhi liang vagina Vani.
“Oh… Stev… kamu begitu perkasa”
Telah lama aku menantikan hal ini. Ujarnya sembari tangannya terus mengelus punggung saya yang masih merasakan kenikmatan karena Vani memainkan otot kemaluannya untuk meremas-remas penis saya.
Kemudian, tanpa saya komando, Vani berusaha mencabut penis saya yang tampak mengkilat karena cairan sperma saya dan cairan memeknya. Dengan posisi 69, kemudian ia meneduhi saya dan langsung mulutnya bergerak ke kepala penis saya yang sudah mulai layu. Saya memandangi lobang memeknya. Vani terus mengulum dan memainkan lidahnya penis saya. Tangan kanannya terus mengocok-ngocok batang penis saya. Sesekali ia menghisap dengan keras lobang penis saya. Saya merasa nikmat dan geli.
“Ooohh… Vani… geli…” desahku lirih.
Namun Vani tidak peduli. Ia terus mengecup, mengulum dan mengocok-ngocok penis saya. Saya tidak tinggal diam, cairan rangsangan yang keluar dari vagina Vani membuat saya bergairah kembali. Saya kemudian mengecup dan menjilati lubang memeknya. Kelentitnya yang berada di sebelah atas tidak pernah saya lepaskan dari jilatan lidah saya. Saya menempelkan bibir saya dikelentit itu.
“Ooh… Stev… nikmat… Ooohh…” desisnya.
Vani menghentikan sejenak aksinya karena tidak kuat menahan kenikmatan yang saya berikan.
“Oh.. Terusss…” desahnya sembari kepalanya berdiri tegak.
Kini mememeknya memenuhi mulut saya. Ia menggerak-gerakkan pinggulnya.
“Ohh… yaahh… teruss… oh… ooohh…” saya menyedot kuat lobang vaginanya.
“Stev… aku… ohh… keluuaaarr… ssshhhh…”
Ia menghentikan gerakannya, tapi saya terus menyedot-nyedot lobang memeknya dan hampir senmua cairan yang keluar masuk kemulut saya. Kemudian dengan sisa-sisa tenaganya, penis saya kembali menjadi sasaran mulutnya. Saya sangat suka sekali dan menikmatinya. Saya akui, Vani merupakan wanita yang sangat pintar membahagiakan pasangannya. Vani terus menghisap dan menyedoti penis saya sembari mengocok-ngocoknya. Saya merasakan nikmat yang tiada tara.
“Vani… Terusss… oohhh…” rintihku menahan sejuta kenikmatan. Vani terus mempercepat gerakan kepalanya.
“Au… Vani… aku… keluuarrr… oohh…”
Croott… crooott… Croot… Mani saya tumpah kedalam mulutnya. Sementara Vani seakan tidak merelakan setetespun air mani saya menetes keluar.
“Terima kasih sayang…” ucapku.
Saya merasa puas. Ia mengecup bibir saya.
“Stev… mungkinkah selamanya kita bisa seperti ini. Aku sangat puas dengan pelayananmu. Aku tidak ingin perbuatan ini kamu lakukan dengan wanita lain. Aku sangat puas. Biarkan aku saja yang menerima kepuasan ini.” Saya hanya terdiam.
Sejak saat itu, saya sering meniduri Vani di kamarnya, selalu dalam keadaan telanjang bulat, terkadang dia juga tidur di kamar saya, tentu saja dengan mengendap-endap. Terkadang, kami tidur saling tumpang tindih, membentuk posisi 69, saya tertidur dengan menghirup aroma segar kemaluannya, sedangkan Vani mengulum penis saya. Dikala pagi, penis saya selalu ereksi, diemut-emutnya penis saya yang ereksi itu, sementara saya dengan cueknya tetap tidur sambil menikmati oralnya, terkadang saya jilati kemaluannya karena gemas.
Previous
Next Post »