Cerita Sex Ibu Kos Nikmat

Lpkiukiu.com ~ “Mas Dika, Mbak mau minta tolong nanti jemput si Kevin sepulang sekolah ya, Mbak pulangnya telat lagi nih“ Suara nyaring seorang wanita yang barusan saya terima di HP saya.

Ah! Mbak Evi memang biasa menyuruh saya untuk menjemput putra satu-satunya yang masih TK itu, karena saya selalu melewati TK itu kalo pulang dari kampus. Wanita tersebut, Mbak Evi, saya memanggilnya begitu, adalah induk semang saya dimana saya menempati salah satu kamar di rumahnya yang besar sebagai anak kos. Adik laki-lakinya yang seumuran dengan saya adalah teman saya sejak masih SMA.

Sebagai lelaki muda, saya selalu merasa bergairah apabila mendengar atau melihat hal-hal yang berbau genital dan seksi seperti halnya induk semang saya ini. Dimata saya dia adalah tipe wanita yang sempurna dengan bentuk tubuh yang menggiurkan di usianya yang ke 32 tahun itu.

Saat-saat menyenangkan untuk saya adalah saat pagi hari, dimana dia sehabis mandi selalu lewat didepan saya dengan menebarkan wangi tubuh yang membuat saya mabuk kepayang. Sepertinya Mbak Evi juga menyadari kalau saya sering memperhatikannya, maklumlah karena sudah lama dia ditinggal oleh sang suami tercinta untuk pergi belajar ke luar negeri, sedangkan Mbak Evi adalah seorang pegawai negeri yang kehadirannya tiap hari akan sangat mempengaruhi kariernya.

Dan setelah dinanti sekian lama, akhirnya saat yang paling nikmat dalam hubungan antara induk semang dengan anak kost-nya pun terjadi. Cerita ini dimulai dari sepulang saya menjemput Kevin, putranya satu-satunya yang masih TK. Saat itu keadaan rumah sepi, si Ira, adik kandung Mbak Evi, sedang tidak ada di tempat entah pergi kemana saya tidak tahu. Begitu sampai di rumah, si Kevin langsung lari menuju kamar ibunya, sedang saya mengejarnya untuk menjaganya agar tidak terjatuh.

Ketika Kevin membuka pintu kamar, saya tertegun sejenak melihat sebuah fenomena yang indah di hadapan saya, Mbak Evi sedang berkaca hanya mengenakan CD nya saja, dan buah dada besar yang menantang tersebut menggelantung dengan indahnya seakan menarik hati orang yang melihatnya untuk segera meremasnya.

Karuan saja, dipandangi oleh orang lain seperti itu Mbak Evi segera menarik daster yang tergeletak di atas kasur untuk menutupi tubuh, sedang saya segera saja menarik si Kevin dan berbalik pergi meninggalkan kamar tersebut. Setelah kejadian tersebut, Mbak Evi seperti merasa tidak terjadi apa-apa, bagi saya hal itu merupakan suatu yang luar biasa, dengan kenyataan seperti itu saya jadi semakin memikirkan tentang ibu kost saya yang bahenol itu, dan berakibat pada naiknya frekuensi saya dalam melakukan onani.

Suatu malam saat saya sedang merasa suntuk dan hasrat untuk melakukan onani tidak terbendung lagi. Saya rasa keadaan rumah sepi, maka segera saja saya lakukan ritual khusus cowok itu sambil berimajinasi tentang hubungan seks yang panas dengan Mbak Evi tersayang. Baru saja saya melakukan permainan ini setengah jalan tiba-tiba saja pintu kamar saya di ketuk seseorang.

“Siapa sih, ganggu kenikmatan orang aja” saya menggerutu dalam hati sambil mengenakan pakaian seadanya plus sarung tanpa CD untuk menutupi batang saya yang masih konak, paling si Ira yang datang, pikirku.

“Mas Dika, bisa tolong Mbak sebentar nggak, soalnya…” Begitu pintu saya buka, Mbak Evi tidak dapat meneruskan kalimatnya setelah melihat bagian bawah tubuh saya yang mengacung.

Tentu saja muka saya memerah, dan Mbak Evi juga salah tingkah.

“‘Ada apa Mbak?” tanya saya untuk memecah kekikukan kami.

“Emm.. anu, itu lampu di kamar tidur Mbak gak mau nyala, kayaknya putus” jawabnya sambil terus memperhatikan sarung saya.

“Oh, ya! Mbak ambil lampu penggantinya sementara saya ambil kursi untuk ngganti lampu itu” kata saya sambil tersenyum.

Mbak Evi pun berlalu sambil tertawa kecil mendengar lelucon saya. Setelah berada di kamar tidurnya yang berbau harum, dia mengulurkan sebuah lampu yang segera saja saya sambut untuk menggantikan lampu yang satunya lagi. Saat saya mengulurkan tangan untuk menyerahkan lampu mati tersebut, kursi yang saya pijak bergerak, secara reflek saya ikut menggoyang badan untuk menghindari kehilangan keseimbangan, namun yang saya dapat malah sebaliknya. GEDUBRAK…!! Saya terjatuh di samping tempat tidur tertimpa kursi.

“Aduh… kamu gak apa-apa?” kata Mbak Evi sambil membantu mengangkat tubuh saya untuk di naikkan keatas kasur, tercium wangi khas tubuh perempuan yang membuat penis saya konak lagi.

“Kayaknya cuma memar aja kok mbak” Jawabku menenangkan Mbak Evi yang terlihat cemas melihat keadaan saya.

“Dikasih balsem aja ya” kata Mbak Evi sambil beringsut menuju kotak obat untuk mengambil balsem.

Tangannya mulai mengusap-usap tubuh saya yang lebam itu, tapi itu bukan usapan biasa, yang saya raskan adalah usapan tanda ingin lebih di intimi, lalu secara simultan tangannya mulai masuk menuju dada saya dan mengusap-usapnya sambil memejamkan mata. Melihat hal ini, tentu saja saya tidak tinggal diam, tangan saya mulai menelusuri lengannya yang kuning halus untuk kemudian beralih menuju sepasang bukit kembar yang menantang itu. Secara perlahan saya usap memutar mulai dari pinggiran untuk kemudian naik ke putingnya yang masih terbungkus oleh bra. Sambil memejamkan matanya mbak Evi mendesah pelan, saya dekatkan wajah saya dan saya kulum lembut bibir sensualnya itu untuk kemudian saling pagut dengan liar sambil berusaha untuk melepaskan pakaian yang kami kenakan masing-masing.

Tanpa terasa kami berdua sudah dalam keadaan bugil, dan saling memandang dengan perasaan yang sukar untuk di lukiskan untuk kemudian saling merangsang. Mbak Evi mengocok dengan lembut penis saya yang sudah mengeras, sedangkan saya mengusap-usap dan kadang mencolek vaginanya yang sudah mulai basah. Lalu Mbak Evi merebahkan diri diatas kasur, mengangkangkan kakinya sambil menarik tangan saya untuk lebih mendekapnya. Setelah wajah kami beradu, Mbak Evi memegang penis saya untuk di masukkan ke dalam liang vaginanya.

“Aaahh… tolong puasin mbak ya, Dik” Desahnya.

“Iya, mbak” Jawabku.

Penis saya dibimbingnya masuk secara perlahan kedalam lubang kenikmatannya itu. Pelan namun pasti saya merasakan sensasi yang luar biasa karena baru pertama kali saya melakukan persetubuhan. Setelah mentok dan tubuh kami merapat satu sama lain, saya diamkan dulu sejenak agar si otong merasakan lingkungan barunya sebelum saya gerakkan maju mundur sesuai insting manusia dalam mencari kenikmatan dalam bersetubuh.

“Aaahh… aachh… teerruss… sshh…” Desahnya.

“Enak… aachh… Mbaak… Timpalku.

Setelah beberapa lama Mbak Evi melingkarkan kakinya di pinggul saya dan menjepitnya sehingga saya merasakan sebuah kenikmatan yang luar biasa.

“Teruss… Diiik…”

“Aaahh… yeeaach… Yes…!” Desahnya sambil menggoyang-goyangkan kepalanya kekanan dan kekiri sehingga sebagian rambut sebahunya menutupi wajah cantik yang berkeringat itu.

Cluk-cluk-cluk. Cepok-cepok-cepok, bunyi suara kemaluan basah yang di adu di timpahi suara desah nyaring manja berpadu dengan wangi kamar dan bau khas orang yang bersetubuh memenuhi seisi kamar ini, tanpa terasa keringat kami sudah membanjir dan saling berpadu sehingga suasana saat itu sangat sukar untuk di lukiskan dengan kata-kata.

“Lebih cepat, Dik! Yaach… teruuss, begitu… aachh…!”

“Goyang lebih hot lagii, mbakk… hh…!”

“Sshh… aaacchh…!”

“Hhh… yaahh… yaahh… oh, yaah!”

Sampai suatu saat Mbak Evi memeluk saya erat sekali dan…

“Hhh… aachh… aaku saammpaaikh, Dik!” Jeritnya.

Lalu saya mempercepat genjotan saya yang tak berapa lama kemudian serasa semua hormon saya ingin berebut keluar lewat penis saya sehingga saya bergetar hebat menahan sebuah kenikmatan yang luar biasa.

“Oookkhh… aaakkhh…” Desahku.

Setelah bergulir dari tubuh bugil Mbak Evi yang berkilat karena keringat dan mengatur napas, sambil membelai rambutnya yang hitam dengan helai-helai lembut yang menempel pada wajahnya kami pun berbincang.

“Terima kasih, Dik. Kamu hebat sekali” Puji Mbak Evi.

“Terima kasih juga mbak! Enak sekali… boleh nambah ya, kapan-kapan?” Jawabku.

“Ah… kamu ini, nakal sekali. Baru sekali ngerasain enaknya langsung minta lagi, tapi boleh kok. Ntar Mbak yang ngasih kodenya ya?”

“Asyik, mbak! Gitu dong, baru Mbak Evi yang cantik kayak bintang film, plus seksi, hehe…”

“Ah, kamu ini bisa aja”

Dan malam itupun berakhir dengan tiga ronde pergulatan nafsu liar antara induk semang dengan anak kost-nya.
Previous
Next Post »